Salah satu tujuan yang hendak di capai dari pemberian pelayanan kepada para lanjut usia (Lansia) yang tinggal dan hidup selamanya di dalam rumah Panti Lanjut Usia, adalah terwujudnya lansia yang bahagia dan sejahtera.
Apakah tujuan dimaksud dapat tercapai ? dan bagaimanakah cara-cara untuk mencapainya ? Apakah indikator keberhasilan pelayanan pada lansia di rumah Panti ? Apakah prioritas pelayanan lansia dalam rumah Panti ?
Pada umumnya para lanjut usia (Lansia) menyatakan pendapat bahwa bisa bercengkerama dengan cucu-cucu setiap hari, adalah merupakan suatu kebahagian tersendiri, akan tetapi hal itu bukanlah satu-satunya yang membuat mereka bahagia.
Apakah tujuan dimaksud dapat tercapai ? dan bagaimanakah cara-cara untuk mencapainya ? Apakah indikator keberhasilan pelayanan pada lansia di rumah Panti ? Apakah prioritas pelayanan lansia dalam rumah Panti ?
Pada umumnya para lanjut usia (Lansia) menyatakan pendapat bahwa bisa bercengkerama dengan cucu-cucu setiap hari, adalah merupakan suatu kebahagian tersendiri, akan tetapi hal itu bukanlah satu-satunya yang membuat mereka bahagia.
Mengapakah demikian ? karena tetap aktif secara sosial dan punya banyak teman, selain itu masih mempunyai pasangan hidup, dianggap paling membahagiakan, jika dibandingkan dengan yang lainnya.
Sebaliknya, bahwa memiliki beberapa orang cucu, memang membanggakan, tetapi tetap saja ada sisi positif dan negatifnya dalam menjalani masa tua dengan dikelilingi para cucu.
Salah satu Sisi positif dari memiliki anak dan cucu, adalah bisa menambah tujuan dan makna hidup, namun apabila sebagian besar waktu harus menjaga cucu itu akan merusak kebebasan dan otonomi yang merupakan inti dari masa pensiun," kata Oliver Robinson, peneliti dari Universitas Greenwich, Inggris.
Bila dibandingkan antara Lansia yang memiliki anak dan cucu, dengan yang tidak, ternyata tidak memiliki perbedaan pada skala kepuasan hidup. Beda halnya dengan persahabatan dan kehidupan sosial yang mereka miliki, yang dinilai lebih mendatangkan kebahagiaan di masa tua.
Para ahli menilai, para lansia yang menjalani masa pensiun kerap terperangkap dalam rasa kesepian. Itu sebabnya bergaul dan aktif secara sosial dianggap memenuhi kebutuhan psikologis. "Orang yang punya komunitas pertemanan di masa tua merasa lebih punya tujuan dan bisa mengasah kemampuan mereka, jika komunitas itu melibatkan keterampilan," kata Robinson.
Makna memiliki teman sebaya (peer) tidak hanya dirasakan oleh para remaja. Dalam setiap tahapan usia, kita akan merasa bahwa teman lebih memahami tahap kehidupan yang sedang kita jalani. "Pertemanan juga memberi kita dukungan sosial," tambah Robinson.
Selain teman sebaya, pasangan hidup juga dianggap sangat penting untuk meningkatkan kepuasan hidup di masa tua. Penelitian menunjukkan, warga senior yang menjanda atau duda, tidak pernah menikah, atau pun bercerai merasa hidupnya kurang bahagia.
Keseharian nenek-nenek yang telah lanjut usia (lansia) di Panti Rumah Bahagia Bintan tampak dipenuhi canda dan tawa. Selain berbagi cerita yang diselingi tawa bahagia, sesama penghuni rumah lansia yang terletak di Jalan Bayangkara, Kecamatan Gunung Kijang, nenek-nenek yang rata-rata usianya telah mencapai di atas 70 tahun ini juga kesehariannya juga dibekali dengan berbagai ilmu agama beserta keterampilan lain.
Pengawas rumah bahagia Bintan Maryani saat ditemui, bercerita banyak tentang sehari-hari yang dijalani oleh para lansia wanita ini, mulai dari bangun pagi, mandi dan sholat berjamaah lalu, sarapan pagi dan senam lansia semua dilakukan bersama-sama.
Tidak ada yang membedakan dari masing-masing lansia itu, Mereka hidup rukun, dan seakan satu keluarga kendati berlainan asal usulnya. "Semua kegiatan dilakukan oleh mereka bersama-sama. Tidak ada yang membedakan suku dan agama, kebetulan yang tinggal di panti jompo ini semuanya beragama Islam," jelas Maryani.
Namun demikian, Maryani juga mengakui, jika di Panti Rumah Bahagia Bintan itu sering kedatangan tamu dari etnis tionghoa yang datang memberikan santunan.
Setiap hari, kata Maryani, ada pelajaran agama yang diberikan untuk membekali para lansia ini tentang, bagaimanakah melakukan ibadah dengan sempurna dan baik.
Sebelumnya, sejumlah para Lansia ini tidak bisa mengaji, Namun, setelah dibimbing sedikit demi sedikit, sekarang mereka sudah pandai sholat dan ngaji kendati masih ada yang belum fasih dan lancar.
"Pada dasarnya kita lakukan perhatian dan kasih sayang ibarat ibu sendiri. Kita inginkan mereka dihari tuanya dapat mengisi dengan amal ibadah, sehingga hidup mereka akan lebih berarti dihari tuanya," ujar Maryani.
Sebagai pengawas dibantu oleh beberapa pekerja, ujar ibu berwajah putih ini, pekerjaan mengawasi lansia bukan hanya sebagai tuntutan kerja semata. Namun, bagaimana bisa membuat wanita-wanita berumur lanjut ini bisa tersenyum indah. Senyum dari para lansia ini merupakan kebahagian yang tak ternilai." Rasanya ada kebahagian tersendiri, karena suka dan duka merawat dan memberikan perhatian kepada lansia ini," papar Maryani.
Ketua rumah bahagia Bintan, Turiati juga mengatakan, tidak ada tuntutan apa-apa, membuat para nenek-nenek itu sehari-hari tersenyum, hingga sejumlah pengasuh di Rumah Bahagia sebagai pengurus juga sangat senang.
"Jangan sampai ada penghuni rumah bahagia ini yang sedih, kita ingin mereka semua setiap hari menjalani hari tuanya dengan bahagia,"tutur Turiati.
Para lansia ini, tambah Turiati, setiap bulan juga disuguhkan kegiatan jalan-jalan untuk refresing. Mereka juga butuh penyegaran dalam sebulan satu hari dipergunakan untuk jalan-jalan. Misalkan jalan-jalan kepantai, ke Ramayana dan sebagainya."Pokoknya kita ingin mereka tetap bahagia setiap saat, rekreasi dan jalan-jalan kita agendakan rutin setiap bulan," ujarnya.
Disamping ada penghuni tetap rumah bahagia ini, Tambah Turiati, sekitar 14 orang lansia binaan yang tinggal disekitar panti jompo juga selalu diikutkan dalam setiap kegiatan lansia. "Mereka yang tinggal dirumah bahagia ini harus berumur 60 tahun keatas dan dari keluarga prasejahtera (kurang mampu red)," jelas Turiati lagi.
Selain belajar ilmu agama, para lansia yang tinggal di rumah bahagia disana juga diberi pelajaran membuat makanan dan minuman segar dari buah rosela atau lebih dikenal dengan buah rebina. Hasil karya para lansia ini kadang dijual kepada pemesan, Kadang juga ada tamu yang langsung membeli makanan dan minuman dari asrama lansia.
"Kita juga berikan mereka keterampilan mengolah makanan dan minuman segar dari buah rebina. Hasilnya kita jual dan kita berikan pada mereka," pungkas Turiati.
Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa salah satu indikator keberhasilan pelayanan pada lansia di dalam rumah panti adalah terpenuhinya kebutuhan dasar hidup para lansia secara wajar, seperti : kebutuhan fisik, psikologis dan rohani, sedangkan yang menjadi prioritas pelayanan adalah perencanaan pelayanan yang baik atau optimal sebagaimana layaknya manusia pada umumnya, seperti : pelayanan makan minum, tempat tinggal, sandang, kesehatan, spritual keagamaan, dan lain-lain.
================
Demak, 30 Maret 2010, Jam : 22.17 WIB
Salam hangat,
BRAM IRIANTO.
iriantobram5757@gmail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar